Jenderal KKO yang Bertempur dengan Gaya Hollywood
Автор: Intel Melayu
Загружено: 2025-12-26
Просмотров: 98
Описание:
Jenderal KKO yang Bertempur dengan Gaya Hollywood
Keras dan agak kontroversial. Simpel tapi langsung ke tujuan. Begitulah kesan publik terhadap sosok Jenderal KKO Marinir yang kemudian dianggap sebagai Gubernur DKI Jakarta legendaris.
Orangnya keras. "Dia koppige vent koppig," begitu Presiden Soekarno pernah berkata tentang sosok Gubernur Ibukota legendaris tersebut. Siapa dia? Dia adalah Letjen KKO Marinir Ahli Sadikin.
Oleh Presiden Prabowo Subianto, almarhum Letjen Ali Sadikin kemudian dinaikan pangkatnya dari Letjen KKO Marinir menjadi jenderal bintang empat Marinir.
Mengutip buku, "100 tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20," yang disusun Floriberta Aning S, Ali Sadikin lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927. Ali kecil memang bercita-cita menjadi pelaut.
Untuk mewujudkan cita-citanya, Ali masuk ke Sekolah Tinggi Pelayaran di zaman Jepang.
Saat perang kemerdekaan, Ali masuk BKR Laut yang merupakan cikal bakal TNI Angkatan Laut seperti yang dikenal sekarang.
Setelah masuk BKR Laut, Ali kemudian dikirim ke Tegal, Jawa Tengah untuk membentuk pangkalan Angkatan Laut dan Korps Marinir.
Sepak terjang Ali dalam medan pertempuran sudah dikenal luas. Dia pemberani.
Selain terjun langsung bertempur melawan Belanda baik dalam Agresi Belanda I dan II, Ali Sadikin juga turut terlibat langsung dalam operasi militer penumpasan pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara.
Menurut cerita ketika itu saat terjun langsung menumpas pemberontakan Permesta di Sulawesi, Ali dengan gagah berani maju ke garis depan, berlari sambi! memberondongkan senapan mesin.
Karena keberaniannya, teman-teman Ali menjulukinya prajurit KKO Marinir yang bertempur dengan gaya "Hollywood".
Setelah pada 1963-1966 menjabat sebagai Menteri Perhubungan Laut sekaligus Menteri Koordinator Urusan-urusan Maritim, Ali diberi tugas khusus oleh Presiden Soekarno untuk memimpin ibukota. Ali dilantik
sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 April 1966.
Selama sebelas tahun memimpin kota Jakarta atau dari tahun 1966 sampai dengan tahun 1977, Ali Sadikin berupaya keras memoles ibukota Jakarta dengan kreativitas yang tinggi dan sikap yang tegas.
Sejak awal menjabat Gubernur DKI Jakarta, Ali rajin keluyuran ke semua penjuru kota, menjelajahi jalanan dan gang-gang kumuh.
Ia mendatangi pedagang di pinggir jalan, pengemis, dan penghuni gubuk-gubuk liar.
"Saya merasakan kehinaan jutaan orang yang terpaksa mandi, cuci mulut, dan cuci pakaian di sungai-sungai terbuka," tutur Ali yang kemudian akrab dipanggil Bang Ali.
Kota Jakarta pada masa itu amat kumuh. Pasar yang becek, jalanan banyak berlubang, timbunan sampah ada di mana-mana.
Sistem angkutan kota semrawut, gedung sekolah bobrok, dan fasilitas mandi cuci kakus tanpa air tersebar di mana-mana.
Begitu buruknya situasi Jakarta sehingga para diplomat asing menyebutnya sarang wabah disentri.
Ketika itu saat Ali Sadikin memimpin Jakarta, saling curiga di antara masyarakat juga belum surut pasca tragedi Gerakan 30 September yang meletus pada awal Oktober 1965.
Kala itu, birokrasi seolah lumpuh di segala lini. Sementara itu, inflasi mencapai 600 persen.
Kian parah lagi, urbanisasi seakan tidak terbendung. Tingkat pengangguran melonjak tinggi. Aksi kriminalitas juga merajalela.
Pemerintah DKI Jakarta ketika itu hanya punya dana 66 juta rupiah untuk mengelola kota yang saat itu berpenduduk 4,6 juta jiwa. Tapi Ali Sadikin tidak putus asa.
Sang jenderal KKO itu langsung menggebrak, berteriak, dan membentak aparat pajak agar mengerahkan pendapatan pajak.
Ali juga menuntut kerja keras dari jajaran birokrat dalam melayani kepentingan publik. Yang leha-leha bakal ditendang.
Dengan sikap keras, Bang Ali mendisiplinkan sedikitnya 30 ribu pegawai kotapraja. Kerja kerasnya sedikit demi sedikit membuahkan hasil.
Masalah kriminalitas juga menjadi perhatiannya. Bang Ali tak segan turun dalam operasi penggerebekan pencopet di terminal bus. "Saya suruh mereka (pencopet) berbaris. Tampar beberapa muka, lalu kami bertemu di Balai Kota," kata Ali Sadikin.
Menurut Floriberta Aning dalam bukunya,.tindakan konkret, tegas dan keras seperti diperagakan Ali Sadikin secara signifikan menurunkan tingkat kriminalitas. Simpati untuk Ali pun mulai meluas.
Kemudian karena terus dibelit masalah minimnya dana, Ali berpikir keras mencari tambahan pendapatan bagi Pemda DKI.
Ia melirik sumber dana alternatif yang sangat subur, yakni perjudian. Tapi ini suatu langkah yang memicu kontroversi berkepanjangan.
Повторяем попытку...
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео
-
Информация по загрузке: